41. Menemukan Jalan Kebijaksanaan
![Rumahkerja.com Jalan Kebijaksanaan](http://4.bp.blogspot.com/_gnU9OYNMd10/S0YDJfMOCGI/AAAAAAAAADM/BuH2zqpV-5Y/s320/pemudaok.jpg)
Setelah
beberapa tahun berusaha, dimana sebagian ia berhasil dan sebagian lagi
gagal dan ada hambatan, Pangeran bertemu sang Pertapa kembali.
"Kini apa yang engkau pelajari ?"
"Aku belajar bahwa ada hal-hal di dalam diriku yang bisa ditingkatkan dan ada yang tidak bisa saya ubah"
"Itu bagus" ujar sang pertapa. "Ya" lanjut Pangeran, "tapi saya mulai
lelah untuk bertarung melawan dunia, melawan setiap orang dan melawan
diri sendiri. Tidakkah ada akhir dari semuai ini ? Kapan saya bisa
tenang ? Saya ingin berhenti bertarung, ingin menyerah, ingin
meninggalkan semua ini !"
"Itu adalah pelajaranmu berikutnya"
ujar Pertapa. Tapi sebelum itu, balikkan punggungmu dan lihatlah Jalan
yang telah engkau tempuh".
Dan ia pun menghilang.
Ketika melihat ke belakang, ia memandang Pintu Ketiga dari kejauhan dan
melihat adanya tulisan di bagian belakangnya yang berbunyi "TERIMALAH
DIRIMU".
Pangeran terkejut karena tidak melihat tulisan ini ketika melalui pintu tsb.
"Ketika seorang mulai bertarung, maka ia mulai menjadi buta" katanya pada dirinya sendiri.
Ia juga melihat, bertebaran di atas tanah, semua yang ia campakkan,
kekurangannya, bayangannya, ketakutannya. Ia mulai menyadari bagaimana
mengenali mereka, menerimanya dan mencintainya apa adanya.
Ia
belajar mencintai dirinya sendiri dan tidak lagi membandingkan dirinya
dengan orang lain, tanpa mengadili, tanpa mencerca dirinya sendiri.
Ia bertemu sang Pertapa, dan berkata "Aku belajar, bahwa membenci dan
menolak sebagian dari diriku sendiri sama saja dengan mengutuk untuk
tidak pernah berdamai dengan diri sendiri. Aku belajar untuk menerima
diriku seutuhnya, secara total dan tanpa syarat."
"Bagus, itu adalah Pintu Pertama Kebijaksanaan" , ujar Pertapa. "Sekarang engkau boleh kembali ke Pintu Kedua"
Segera ia mencapai Pintu Kedua, yang tertulis di sisi belakangnya "TERIMALAH SESAMAMU"
Ia bisa melihat orang-orang di sekitarnya, mereka yang ia suka dan
cintai, serta mereka yang ia benci. Mereka yang mendukungnya, juga
mereka yang melawannya.
Tetapi yang mengherankannya, ia tidak
lagi bisa melihat ketidaksempurnaan mereka, kekurangan mereka. Apa yang
sebelumnya membuat ia malu dan berusaha mengubahnya.
Ia
bertemu sang Pertapa kembali, "Aku belajar" ujarnya "Bahwa dengan
berdamai dengan diriku, aku tak punya sesuatupun untuk dipersalahkan
pada orang lain, tak sesuatupun yg perlu ditakutkan dari merela. Aku
belajar untuk menerima dan mencintai mereka, apa adanya.
"Itu adalah Pintu Kedua Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa, "Sekarang pergilah ke Pintu Pertama"
Dan di belakang Pintu Pertama, ia melihat tulisan "TERIMALAH DUNIA"
"Sungguh aneh" ujarnya pada dirinya sendiri "Mengapa saya tidak
melihatnya sebelumnya". Ia melihat sekitarnya dan mengenali dunia yang
sebelumnya berusaha ia taklukan dan ia ubah.
Sekarang ia terpesona dengan betapa cerah dan indahnya dunia. Dengan kesempurnaannya.
Tetapi, ini adalah dunia yang sama, apakah memang dunia yang berubah atau cara pandangnya?
Kembali ia bertemu dengan sang Pertapa : "Apa yang engkau pelajari sekarang ?"
"Aku belajar bahwa dunia sebenarnya adalah cermin dari jiwaku. Bahwa
Jiwaku tidak melihat dunia melainkan melihat dirinya sendiri di dalam
dunia. Ketika jiwaku senang, maka dunia pun menjadi tempat yang
menyenangkan. Ketika jiwaku muram, maka dunia pun kelihatannya muram.
Dunia sendiri tidaklah menyenangkan atau muram. Ia ADA, itu saja.
Bukanlah dunia yang membuatku terganggu, melainkan ide yang aku lihat
mengenainya. Aku belajar untuk menerimanya tanpa menghakimi, menerima
seutuhnya, tanpa syarat.
"Itu Pintu Ketiga Kebijaksanaan"
ujar sang Pertapa. "Sekarang engkau berdamai dengan dirimu, sesamamu
dan dunia" Sang pertapa pun menghilang.
Sang pangeran
merasakan aliran yang menyejukkan dari kedamaian, ketentraman, yang
berlimpah merasuki dirinya. Ia merasa hening dan damai.
Sahabat yang baik, Belajarlah menerima dirimu terlebih dahulu, maka percayalah anda akan menemukan jalan kebijaksanaan sejati.
Salam Sukses!