[35] Problem Solving
Setiap orang pasti punya masalah. Masalah tak ubahnya sampah, yang selalu ada di sekitar kita. Gagal menyelesaikan tugas, membuat keputusan yang tak tepat, tersinggung atas ucapan seorang teman adalah contoh masalah-masalah yang selalu menghampiri kita.
Jika masalah ini dibiarkan, bisa-bisa energi kita terkuras, tak mampu berkonsentrasi, rasa percaya diri berkurang, dan berakhir pada kegagalan finansial, hubungan dengan lingkungan memburuk, suasana kerja kacau, kesehatan menurun, dan sebagainya. Nah, bagaimana kita membersihkan sampah-sampah itu dari sekitar kita?
Ada dua tipe orang dalam menghadapi masalah atau problem, baik di pekerjaan maupun kehidupan sosial. Dua tipe ini adalah reactive (bereaksi begitu masalah datang) dan receptive (mau menerima masalah).
Pendekatan Reactive
Mereka
yang reactive biasanya melihat suatu masalah sebagai ancaman. Entah
ancaman terhadap karirnya, bisnisnya, keluarganya, dan sebagainya.
Dalam kelompok ini Anda mencari solusi terhadap masalah dengan
menggunakan pendekatan logis dan tradisional. Ciri-cirinya:
- Begitu masalah datang Anda cenderung segera mencari cara apapun untuk mengatasinya.
- Masalah dilihat sebagai faktor penghambat perkembangan diri.
- Anda akan segera menyusun strategi untuk menghadapi masalah
- Karena masalah dilihat sebagai ancaman, dia akan mendominasi pikiran dan cenderung menyebabkan kecemasan dan stress.
Apabila Anda bekerja di perusahaan, barangkali Anda pernah diminta untuk memimpin suatu proyek dimana Anda bertanggung jawab untuk mencapai target tertentu. Disini Anda dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan analisa, justifikasi, dan pemikiran logis dalan menghadapi tantangan atau masalah yang muncul. Anda akan berada dalam kondisi tertekan untuk memenuhi deadline. Bisa ditebak, Anda akan cenderung menggunakan pendekatan reaktif dalam menyelesaikan persoalan.
Pendekatan Receptive
Pendekatan
ini biasanya dipraktekkan oleh mereka yang sudah menyadari bahwa
masalah bukanlah ancaman tetapi justru konsekuensi yang timbul dari
suatu kondisi yang kita ciptakan. Oleh karena itu kita mempunyai
kekuatan untuk mengubah kondisi tersebut dari dalam diri sendiri. Anda
mau menerima masalah dan pada saat yang sama membuat
solusinya.Ciri-cirinya:
Ketika masalah datang, Anda mengenalinya dan menggunakan pendekatan:
- Masalah merupakan kebalikan dari solusi. Ketika masalah muncul, Anda percaya saat itu juga bahwa solusinya sudah ada.
- Anda fokus kepada solusi dari persoalan yang timbul, bukan pada penyebab dari masalah itu. Dengan demikian Anda mengambil alih kontrol dari dalam diri Anda sendiri, bukannya dikendalikan oleh keadaan di luar.
- Masalah merupakan kesempatan untuk pengembangan diri. Anda melihatnya sebagai peluang untuk meciptakan realitas positif dalam hidup Anda.
Mau menerima masalah bukan berarti berdiam diri. Anda tidak
”kebakaran jenggot” tetapi mengenali masalah itu dengan tenang dan
membuat diri Anda responsif terhadap semua yang Anda perlukan untuk
mengundang solusi.
Contoh yang paling sederhana adalah ketika
pasangan yang Anda cintai (misalnya istri, suami, atau pacar) sedang
ngambek karena masalah sepele. Dengan pendekatan reactive,
Anda hanya akan memperburuk keadaan dengan bertanya-tanya kenapa dia
harus ngambek, menganalisa penyebabnya dan merasa kondisi ini akan
mengancam keharmonisan hubungan Anda dengannya. Bukannya solusi yang
didapat tetapi justru kecemasan dan kekhawatiran.
Dengan pendekatan receptive,
Anda menerima dan menyadari bahwa pasangan Anda sedang marah. Anda
fokuskan energi Anda untuk menciptakan kasih sayang yang pada dasarnya
merupakan lawan dari kemarahan. Anda tidak larut terbawa suasana –
mencoba mencari jawaban dari analisa kenapa dia jadi marah – tetapi
mengambil alih kendali dari dalam diri sendiri, tetap berpikir tenang,
dan menunjukan sikap positif dalam perilaku Anda. Anda akan rasakan
bahwa berada dalam situasi ini justru membuat diri Anda berkembang.
Anda membuat kualitas positif dari diri Anda muncul ke permukaan dan
sudah menjadi hukum alam dengan bersikap seperti ini pasangan Anda
niscaya akan berubah dari marah menjadi cinta.
Pendekatan receptive
ini bisa Anda praktekkan di kehidupan bisnis, rumah tangga, dan sosial.
Intinya Anda membangun keyakinan bahwa masalah tidaklah nyata sehingga
Anda tidak merasa terbebani. Latih diri Anda untuk tidak reaktif
ketika suatu masalah muncul.
Sahabat yang baik, Fokuskan diri Anda pada lawan dari masalah, yaitu solusi, untuk menemukan kendali dan bukannya larut dalam masalah itu.
Salam Sukses!